KEBIASAAN UNIK ORANG INDONESIA DI MATA DUNIA

2.5 Tahun Tinggal di Rumah Setan (PART 1 Hari Pertama, Masih Perkenalan)

PART 1
Hari Pertama, Masih Perkenalan

“Mana yang punya..?” Tanya Anjas
“Bentar, ini lagi telpon”…
Sementara Fajri menelepon, Anjas berkeliling ke sisi samping rumah, ada sela lorong disebelah kanan bangunan rumah ini. 
Dari depan, dia bisa melihat ada pura kecil dan sumur yang sepertinya tidak terpakai diujung lorong. Anjas berpikir lorong ini pasti tersambung dengan ruangan tengah dan belakang dari rumah ini, namun dia enggan melihat-lihat lebih jauh sebelum yang punya datang.
Baru beberapa menit sang pemilik rumah datang, 

“Kenalin Njas, ini Lukman..anak tingkat bawah kita…pertanian juga” kata Fajri 
“Siang Bang Anjas ya,,, ayok masuk-masuk…besok kita bersih-bersih ya…udah lama nggak ditempatin” kata Lukman sambil membuka pintu depan.
“Udah berapa lama gak ditempatin rumahnya man..?” ujar Anjas saat melihat-lihat setiap ruangan
“Wah udah lama Bang, jadi lupa saya…ini dulunya pabrik es balok…bapak saya yang urus dulu..udah lama” sahut Lukman.

Ada 3 kamar dirumah ini, yang lebih besar dan sepertinya menjadi ruang tidur utama letaknya antara ruang tamu dan ruang tengah, yang satunya persis setelah kamar tidur utama, sedangkan yang paling kecil terpisah sendiri dari kamar yang lain dan dekat dengan kamar mandi. 

Ada 1 kamar mandi cukup besar dibagian belakang, berderet dengan dapur dan pintu keluar yang langsung terhubung dengan bagian belakang rumah ini, sumur dan pura kecil yang tadi dilihat Anjas ada disudut rumah ini.

“Sekarang udah gak dipake lagi sama bapaknya…?” Tanya Anjas, masih melihat-lihat ruangan belakang
“Udah nggak bang, pindah ke tempat lain…”Jawab Lukman
“Ada pure dibelakang…” kata Anjas sambil lalu, tapi lebih kepada bertanya kepada Lukman
“Oh iya bang, ini bangunan dibeli sama Bapak saya dari orang bali…sengaja dibiarin pure nya…..silahkan bang Fajri sama bang Anjas milih kamar yang mana..?” kata Lukman
“Kamar depan…” langsung dijawab oleh Fajri yang barusaja keluar dari kamar mandi belakang.
“Saya yang ini aja,…” tunjuk Anjas sambil masuk ke ruang paling menyendiri sendiri dekat dengan kamar mandi, dia membatin lebih enak kalo dekat dengan kamar mandi biar gampang bersih-bersih kamarnya.
“Barangnya apa aja njas? Langsung mw tidur malem ini kan ya…” tanya Fajri
“Gak ada, barang cuman tas ini doank sama baju-baju…”
“Oke abang2, saya beli lauk dulu depan situ…kita makan abis ini…” pamit Lukman.

Anjas langsung menuju kamarnya untuk bersih-bersih sampai akhirnya memutuskan untuk mandi saja terlebih dahulu.
Rumah ini agak pengap, sebentar saja dia sudah bersimbah keringat. Ternyata ada Fajri dikamar mandi, sembari menunggu Fajri dia memutari rumah itu beberapa kali agar lebih terbiasa, pikirnya.
Lelah menunggu Fajri, dia memutuskan untuk keluar rumah saja. Udara diluar jauh lebih bagus, segar dan tidak lembab. Sembari membakar rokok, Anjas duduk di tangga teras rumah. 
Barusaja dia menyadari ada sebuah pipa besar seperti bor yang tidak dilihatnya ketika datang tadi, pipa besar persis disamping pohon mangga yang besar sehingga menutupi pipa tersebut. Mungkin ini bekas alat pembuat es balok, pikir Anjas.
Baru hendak mendekati pipa itu, ada langkah-langkah kaki kecil berlari dibelakangnya. Dia menoleh namun tidak menemukan siapa-siapa.



Ada Yang Mau Kenalan

Dia mengabaikannya, lebih tertarik dengan pipa besi sumur yang mulai karatan dipinggirnya. Anjas mendekati dan mencari batu untuk dilemparnya kedalam sumur tersebut, hanya mau memastikan kedalamannya dan ternyata cukup dalam. 
Dia sudah memutuskan membakar rokoknya yang kedua sampai akhirnya Fajri selesai mandi dan menyusulnya ke halaman depan.
“Mau mandi juga ya,..” Tanya nya dan dijawab anggukan oleh Anjas. “Lampunya perlu diganti kayaknya,” tambahnya sambil melemparkan handuknya ke Anjas “Jangan sambil nyanyi ya…” candanya

Anjas menyegarakan untuk mandi, dia tidak tahan..begitu masuk rumah ini hawa nya langsung panas.
Pintu kamar mandinya dari kayu dan ada sedikit bolong karena dimakan rayap dibagian bawahnya sebesar ukuran kepala, cukup untuk mengintip siapapun yang mandi didalamnya. 
Tapi Anjas tidak perduli, siapa yang akan tertarik mengintip 3 remaja cowok mandi…pikirnya.
Fajri benar, lampunya agak sedikit ogah-ogahan untuk menyala…kadang redup kadang terang. 
Ternyata didalam kamar mandi jauh lebih panas dan pengap, padahal dibilang sempit juga tidak tapi seakan ruangan kamar mandi itu lg dipenuhi banyak orang.
Baru sekitar 5 menit Dia mandi, ada yang mengetuk kamar mandinya. Anjas bergeming, memastikan itu Fajri atau Lukman..belum sempat menyaut kali ini pintunya digedor keras tanpa henti sampai pintunya hampir terbuka. “Asyeemmm,,,belum nyampe 24 jam udah mau diajakin kenalan” Pikir Anjas. 
Buru-buru menyelesaikan mandinya dan membuka pintu dan sesuai dugaannya tidak ada siapapun didepan pintu.
Tengkuknya langsung meremang tepat diarah kamar mandi, dia jelas-jelas merasa ada yang sedang melihatnya dari dalam kamar mandi itu, tanpa berkomentar apapun dia berlalu menyusul rekan nya dihalaman. “Sebenernya aku gak takut” batinnya, tapi Dia hanya ingin memastikan bahwa yang dialaminya barusaja itu juga dirasakan oleh Fajri.
“Ada yang ngajakin kenalan kayaknya,,,” Ujarnya pada Fajri yang sedang merokok ditangga teras.
“Iya,,,” Jawabnya singkat, “malah tadi saya disahutin pas nyanyi-nyanyi” katanya sambil lalu “Diem!, gitu katanya”
“oh…” balas Anjas yang tidak mau membahas lebih banyak lagi..Dia sudah terbiasa dengan gangguan alam lain sebelumnya, tapi dia tidak menduga kalau secepat ini.
Lukman datang dengan bungkusan nya, dia membeli banyak sayuran untuk dimasak nanti dan sekotak lilin. “Sering mati lampu disini Bang” Ujarnya menjawab tatap bertanya Anjas
Akhirnya malam juga, mereka bertiga saling membantu memasak makan malam pertama mereka dirumah ini. 
Tidak banyak yang bisa dilakukan dirumah itu, hiburan TV tidak ada. Mereka bertiga sepakat akan patungan untuk membeli TV, tujuannya agar rumah tidak terlalu berasa sepi. 
Fajri dan Anjas sepakat dalam diam untuk tidak membahas apa yang tadi mereka alami. Fajri terutama agak sedikit merasa aman saat Lukman ada dirumah, berharap paling tidak si penghuni lain itu agak menghormati yang punya rumah. 
Tapi sebesar apapun ketakutan dalam diri Fajri ataupun Anjas, mereka memutuskan tidak akan tidur dikamar yang sama. Satu persatu rasa kantuk mulai menggelayuti mereka bertiga, awalnya Anjas kemudian Fajri berlalu kekamar masing-masing, meninggalkan Lukman yang masih mau duduk-duduk diluar teras.
Malam itu dilalui Anjas tanpa ada gangguan yang berarti,kecuali Dia sedikit sadar saat ada sentilan-sentilan kecil dikakinya, tapi rasa lelah dan ngantuk lebih menguasainya saat itu dan Dia terlelap nyenyak sekali.

Comments